Putih ber-Abu
Oleh: Nana_chyintia
Aku menyesal! Menyesal mengapa aku tidak melanjutkan ke sekolah SMA. Itu semua cita-citaku dari dulu, memakai, mengenang, apa itu putih abu-abu.
Aku salah satu siswi yang terbilang cukup bagus dalam mata pelajaran di sekolah, sekolahanku pun sekolah favorit di Desaku. Ya, sekolah SMP N 1 tempat aku belajar adalah sekolah yang sudah go Nasional, selain bagus, bersih, kedisiplinan murid-murid No.1. Bagaimana tidak dibilang bagus, semua fasilitas ada di dalam sekolahan, dari masjid yang besar, lapangan basket, parkir sepeda, dan 3 kantin.
***
Aku terdiam disaat semua siswa-siswi melihat hasil nilai ujian akhir sekolah yang ada di mading disetiap pojok perbatasan kelas. Mereka saling bertanya satu sama lain,
“Setelah lulus ke SMA mana?” mereka saling sahut pertanyaan
“Ngekost atau pulang pergi?”
Ahh ... pertayaan itu yang membuat minder berdiri bersama mereka, aku sadar orang tuaku tidak akan mampu membiayai sekolah walaupun sudah merengek-rengek untuk meminta kesempatan. Walau mereka tau aku masuk ke SMA tidak perlu ikut ujian tes, karena ada surat keterangan dan piagam penghargaan volly yang bisa memasukanku ke akademik. Tapi semua itu tidak berguna lagi, orang tuaku tidak memprioritaskan pendidikan itu no.1 atau pendidikan itu penting, TIDAK!!!
Aku sedih, aku kesal, menangis pun sudah tidak ada gunanya.
Hatiku terasa lebih sakit lagi ketika mereka yang memakai seragam putih abu-abu berada dihadapanku. Terharu dan sedih, mereka mengingatku walau aku tidak kumpul lagi bersama mereka, mereka menyempatkan mengunjungiku karena dari hari perpisahan waktu itu aku tak kunjung keluar kamar. Aku sedih karena aku tidak bisa mamakai seragam bersama kalian, tetapi terima kasih untuk kalian yang selalu ingat persahabatan kita.
***
Aku yang memiliki sifat pengalah, diam(bukan pendiam), dan sifatku yang sedikit susah di tebak. memilih diam dari pada aku harus mempermasalahkan sesuatu yang akan membuat sakit hati. Terkadang diam adalah salah satu pilihan yang tepat buatku.
Aku anak pertama dari tiga bersaudara, adik-adikku masih kecil. Mereka masih menempuh sekolah dasar, biaya kehidupan mereka juga masih jauh. Aku terpaku dalam keadaan, keheningan hati seakan mati. Jauh dilubuk hati kecilku, aku menginginkan keadilan yang tepat dalam hidup ini. Tak usah lagi ada keraguan, kesepian, pengorbanan. Tapi apa boleh buat bahwa hidup hanya sebuah drama untuk dimainkan secara profesional oleh aktor-aktor pilihan Tuhan.
***
Setelah beberapa bulan aku menenangkan diri dirumah, lambat laun aku bosan dengan keadaan yang hanya makan dan tidur. Setelah keputusan dari orang tuaku yang mengijinkan aku merantau keluar negeri, aku bertekat untuk keluar secepatnya.
“buk, sebenarnya aku belum siap untuk ini. Aku terlalu muda, masih banyak harapan yang ingin aku raih. Pak, kelak jika adik-adikku sudah besar, aku mohon dengan sangat sekolahkan mereka sampai SMA. Semua itu untuk bekal kelak mereka tumbuh dewasa.”
Berbekal tekat dan niat aku ayunkan langkah kakiku, berjalan entah kemana akan membawa masa depanku tanpa ilmu ini. Berbekal uang saja tidak akan cukup untukmu hidup jika tidak kau bekali dengan ilmu, tak selamanya aku bisa hidup dengan bekerja menjadi perantau seperti ini. Mimpiku kini hanya sebuah angan-angan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kakiku terus melangkah, walau enggan aku ayun walau terasa berat tetapi aku harus kuat melanjutkan perjalananku.
***
Rasa takut menghampiriku, cemas, bergetar mulai meramba seluruh tubuhku. Kini, perjalananku yang sesungguhnya dimulai. Di usia belia aku gadaikan semua mimpi bersenang-senang bersama teman, tidak ada lagi bermain atau bermanja dalam kamus perjalananku. Sungguh malang bukan nasibku, tidak bisa menikmati masa-masa remaja yang sesungguhnya.
kini kakiku melangkah ditepi trotoar yang berada didaerah majikanku, aku melangkah menuju salah satu toko di deretan toko-toko disebrang sana. Salah satu toko itu adalah toko Indonesia. Kuraih majalah yang ada didepanku aku bolak-balik sampai aku berhenti dihalaman yang membuat aku terjengang. Hah, mana mungkin bisa? Apa iya bisa?
Semakin penasaran aku cari di internet untuk melihat kebenaranya. Iya, memang benar disini dituliskan “membuka pendaftaran murid baru kejar paket c setara SMA”
Ketika aku melihat berita itu, bahagia bukan kepalang lagi. Melebihi mendapat ampao satu bulan gaji. Aku beranikan diri meminta ijin ke majikan yang sudah aku anggap seperti orangtuaku sendiri. Awalnya aku ragu untuk meminta ijin, tetapi sesuatu yang tidak kita coba kita tidak akan tahu hasilnya. Mereka merespon baik, dan sangat setuju aku mau belajar, bagi mereka pendidikan itu penting.
Terima kasih Tuhan, mami, papi, ibuk, bapak dan semua orang yang sudah mendukung aku sampai titik ini. Tidak mudah membagi waktu antara pekerjaan dan belajar, tetap aku harus berusaha menyempatkan belajar disela-sela kesibukanku. Uang memang penting, semua kegiatan yang kita lakukan semua membutuhkan uang. Tetapi pendidikan tidak kalah penting, maka belajarlah, membuat yang terbaik, keputusan yang baik, untuk masa depan yang baik pula. Jangan pernah berhenti berharap, Tuhan telah memilihkan harapan dari doa-doa yang engkau selipkan disetiap sujudmu.
“Sekarang aku sudah memasuki semester 2(dua) untuk pembelajaran baru.”
Terputusnya harapan bukanlah sebuah keputusasaan
Perjalanan tidak akan berhenti begitu saja
Ketika, kaki dan mata hati kita tidak mati
Berdoa, bersujud, memohon kepadanya
Kebahagiaan bersama kita
Orang-orang yang berani berjuang
Chiayi, 13-maret-2016.
Komentar