Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Cerita Bersambung 1

Gambar
Pertemuan Tak Terduga  Oleh: Nana Chyintia Panas terik matahari tak menghalangi langkah Cici melakukan tugasnya. Berjualan di pinggir jalan. Ada pameran yang digelar di alun-alun Kota Lampung. Banyak sekali pedagang yang menjajankan dagangannya, ada makanan, souvenir, baju, dan aneka ragam lainnya. Cici membantu ibunya menjual kue pisang. Cici sendiri yang mengolah, ia belajar dari berbagai resep kue yang akhirnya membuat Cici menemukan resep kue pisang. Kue pisang bikinan Cici sangat berbeda dengan kue pisang lainnya, teksturnya lembut dan pisangnya sangat terasa. Kue pisang Cici diberi nama Cikupi (Cici kue pisang) lucu kan, selucu orangnya. Cici adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik-adiknya masih sekolah, sedangkan Cici sudah lulus tiga tahun lalu. Cici anaknya periang, mudah bergaul, lucu, dan tidak sombong. Tak heran jika dia dengan mudah mendapat pelanggan. Berbagai kalangan sudah mulai mengenal Cikupi bikinannya, pekerja kantoran, mahasiswa, pak rt, ib

Puisi

Gambar
Lelaki Tak Bernama Oleh: Nana Chyintia Di ujung penantian senja  Di saat diri ini rapuh tak bernyawa  Kau datang membawa tawa Menghibur hati yang sedang lara  Kala itu aku terpuruk kesepian Walau ombak menemani  Burung-burung bernyanyi  Laut tetaplah laut, tenang Bercengkrama denganmu  Berbagi kisah, Kisahmu juga kisahku  Tentang kekecewaan jua penghianatan Bahasamu yang lugas  Menarik perhatianku  Hatiku bertanya-tanya siapa kamu Kenapa datang memperhatikanku? Senja telah hilang di makan rembulan Laut nampak hitam dipenglihatan Perginya senja telah merubahnya  Membawa pergi apa yang ada di depan mata Aku tak bisa lagi melihatnya Tak lagi mendengar suaranya  Senja benar-benar telah membawa dia pergi Meninggalkan hati yang membara  Kenapa kamu harus datang jika hanya menyapa? Taoyuan, 27 Juli 2017 

Cerpen

Gambar
Nasi Olahan Tangan Ibu Oleh: Nana Chyintia Jam sudah menunjukkan pukul enam. Suara yang tak asing terdengar setiap paginya berbunyi. Tentu saja bukan alarm jam, melainkan suara teriakan khas seseorang. Brook … suara gebrakan pintu terdengar sampai tetangga ujung etan [1] . “ Bangun ... bangun ... bangun ...” suara teriakan ibu menggema. “Mau sampai kapan kalian bermalas-malasan? Lihat jam berapa sekarang, teman-teman kalian sudah pada mandi siap-siap pergi ke sekolah.” Ibu mengeluarkan suara dalamnya, pasti ia sangat marah. Dengan malas aku beranjak meraih handuk. Ketika keluar kamar, hidungku mencium aroma harum hingga membuat isi perut berteriak. Aku berjalan luntang-lantung menuju kamar mandi, di saat yang bersamaan adik perempuanku mempercepat langkahnya. ”Hei, kamu ...” aku tak mau kalah mempercepat langkah dengan lari. Menarik handuknya dari belakang tubuhnya berpaling, mulutnya komat kamit berdecit umpatan. Ini kebiasan kami setiap pagi, berebut kamar m

Hati

Gambar
                                                           Pencuri Secuil Upil             Hari ini kamu datang lagi, membawa harapan benih yang sudah aku pendam. Apa kamu tahu, saat kau menghubungiku, mengucap salam, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku gugup. Apa yang sudah aku pikirkan tidak bisa terlontar. Aku hanya bisa diam.             Apa kamu tahu, tubuhku sakit menahan itu semua. Kenapa harus kamu? Kenapa datang mencuri secuil hatiku?             Sebenarnya aku yang salah, terlalu cepat memprediksikan kedatanganmu. Bagaimana pun tamu datang jika ia ada perlu dengan tuan rumah. Entah kenapa aku memikirkan kamu datang untuk mencuri hatiku.             Aku tidak mungkin berada di tengah-tengah para wanitamu, yang sering disebut fans . Aku sadar siapa aku, tidak pantas berada di sampingmu. Jika dibandingkan dengan mereka semua, aku hanyalah secuil upil yang tak enak dipandang. Tidak cantik, tak berpostur baik, jauh jika berjejer dengan mereka yang cantik