Cerita Bersambung 1
Pertemuan Tak Terduga
Oleh: Nana Chyintia
Panas terik matahari tak menghalangi langkah
Cici melakukan tugasnya. Berjualan di pinggir jalan. Ada pameran yang digelar
di alun-alun Kota Lampung. Banyak sekali pedagang yang menjajankan dagangannya,
ada makanan, souvenir, baju, dan aneka ragam lainnya.
Cici membantu ibunya menjual kue pisang. Cici
sendiri yang mengolah, ia belajar dari berbagai resep kue yang akhirnya membuat
Cici menemukan resep kue pisang. Kue pisang bikinan Cici sangat berbeda dengan
kue pisang lainnya, teksturnya lembut dan pisangnya sangat terasa.
Kue pisang Cici diberi nama Cikupi (Cici kue
pisang) lucu kan, selucu orangnya. Cici adalah anak pertama dari tiga
bersaudara, adik-adiknya masih sekolah, sedangkan Cici sudah lulus tiga tahun
lalu.
Cici anaknya periang, mudah bergaul, lucu, dan
tidak sombong. Tak heran jika dia dengan mudah mendapat pelanggan. Berbagai
kalangan sudah mulai mengenal Cikupi bikinannya, pekerja kantoran, mahasiswa,
pak rt, ibu rumah tangga, dan banyak lagi. Sampai mantannya pun mengenal nya
kembali karena ingin mencicipi Cikupi. Padahal saat memutuskan Cici ia bilang
tidak akan berhubungan lagi, apapun alasannya tidak akan pernah terjadi.
"Mbak, Mas, mampir bisa dicicipi kue
pisang Cikupinya, enak lo. Ada banyak varian rasa," Cici berusaha menyapa
pengunjung seramah-ramahnya, dengan senyum paling manis yang ia punya.
"Ini rasa apa mbak?" Tanya
pengunjung yang mampir di standnya. "Loh, mbak yang biasa mangkal di depan
kampus itu kan?" Lanjutnya
"Iya mas," jawab Cici terjeda, bola
matanya berputar ia sedang mengingat-ingat sesuatu. "Oh … mas yang biasa
beli Cikupi coklat itu kan?"
"Hehe … iya mbak."
"Hari ini kami ada diskon lo mas,
10%."
"Wah diskon terus si mbak, biar aku beli
tiap hari hahaha …" kami tertawa bersama.
"Bisa aja mas ini."
"Rasa coklat satu ya bungkus yang
rapi," pintanya.
"Siap. Buat pacarnya ya? Pasti pacarnya
seneng coklat ya? Wah pasti enak sekali jadi pacar kamu mas, perhatian tanpa
diminta." Cerocos Cici sambil membungkus kue.
"Iya mbak, buat pacarnya dunia
akhirat." Jawabnya sambil menahan tawa. Cici memperhatikannya bingung.
***
Semenjak pameran berlangsung kegiatan Cici
semakin padat, ia harus menyetok pisang bahkan kadang sampai kehabisan. Dari
saat itu juga ia mempunyai pelanggan diskon 10%, lelaki yang membeli waktu itu
terus memesan Cikupi. Ya, walaupun tidak setiap hari. Seminggu 3 sampai 4 kali
pesan, lumayan buat pemasukan.
Cici sekarang punya toko kue sendiri, jadi ia
tak perlu keliling dan mangkal. Toko yang ia sewa dari uang jualan yang
dikumpulkan satu tahun terakhir. Ia juga merencanakan pengiriman delivery dan
online untuk daerah sekuat Lampung.
Kring … kring …
"Hallo selamat sore, dengan Cikupi di
sini," sapa Cici yang sangat tanggap dengan telepon. Bagaimana tidak,
setiap hari tepat pukul tiga telepon Cici berbunyi.
"Satu Cikupi rasa coklat, nanti diambil
pukul empat." Papar pelanggan dari sebrang telepon.
"Siapa si dia? Tiap hari cuma bilang
pesan, ambil jam empat lalu tutup telepon. Tanpa memberi tahu nama," guman
Cici memegang teleponnya.
"Lelaki itu tidak mungkin, jika memang
iya pasti aku mengenalnya," lanjutnya. Lalu ia pergi menyiapkan pesanan,
dengan dipenuhi rasa penasaran tiap harinya.
Taoyuan, 24 Juli 2017
Komentar